postingan galau asdfghjkl

25 Okt 2012
Akhir-akhir ini aku merasa kehilangan semangat. Ya mau gimana lagi, ini mungkin udah takdir dari Tuhan. Rencana yang udah matang-matang dibuat, rusak karena kebodohanku sendiri.Inilah alasan mengapa tiap rencana A harus dibuat rencana B. (udah cukup dua aja, ga usah banyak-banyak biar lebih fokus)

Sampai sekarang aku masih merasa bersalah, teman lesku yang pengeeen banget masuk ilmu komunikasi UI ngga dapet, padahal waktu Try Out nilai dia selalu diatasku. Sementara aku sendiri? Boro-boro, lolos pilihan kedua, sastra jepang, aja udah Alhamdulillah banget..

Tapi kenapa semuanya berbalik arah? Hasil Try Out bukanlah segalanya, kepilih dari SMAmu buat ikut SNMPTN undangan juga bukan segalanya. Lolos atau tidaknya kamu disini tergantung dengan faktor keberuntungan. Di SMA, aku selalu dapat peringkat 20 kebawah, mentok-mentok pernah 11, terus turun lagi. Ulangan kena remedial terus, males-malesan, saat orang-orang mikirin SNMPTN undangan aku cuma diem (ya ga bakal kepilih juga lah!). Pernah waktu itu ada yang curhat sampe nangis-nangis karena ga keterima undangan, sementara aku? Cuma pokerface, selain aku ga biasa diajak curhat dan nanggepin curhat, aku ga ngerti kenapa dia sedih, toh dapat undangan belum tentu lolos juga kan?

Hingga suatu hari ada seorang guru yang bertanya, saat bulan Juni, sebelum SNMPTN tulis dimulai,
Bu guru: Afifah, kamu masuk mana?
Ini, ini maksudnya apa? SNMPTN tulis aja belom. Saat yang lain sibuk dengan undangan, sakit deh rasanya. Inilah yang bikin aku jleb banget dan pengen ngebuktiin kalau aku bisa. Aku ingin mencintai pelajaran dalam SNMPTN, belajar terus, rajin ngerjain soal, pokoknya jadi niat banget lah

Aku yang selalu ingin masuk pilihan kedua (dengan asumsi bahwa aku pasti ga lolos di pilihan pertama), malah masuk ke pilihan pertama. Jadi saat orang lain senang-senang waktu pengumuman SNMPTN Tulis, ya aku juga senang, cuma ada yang mengganjal, disini (nunjuk ke jantung).


G: Fi, awalnya aku ga percaya loh kamu bisa masuk ilmu komunikasi
A: Sama, aku juga

Apa tujuanku?

Aku sama sekali ga punya pikiran masuk ilmu komunikasi itu apaan, ngapain, kerjanya gimana. Yang jelas aku pilih ilmu komunikasi karena di SKSnya ada mata kuliah desain komunikasi visual. Udah itu aja.

Sama sekali ga kebayang kalo ternyata ilmu komunikasi itu luas banget, kamu bakal belajar bisnis dan psikologi juga, untuk yang mau masuk iklan, otak kanan harus aktif, etika komunikasi, wah pokoknya banyak banget deh. Lambat laun aku mulai mencintai pelajaran yang disini. Tapi, muncul masalah lain, bagaimana dengan orang-orang disana?

Anak komunikasi itu harus gaul! Anak komunikasi harus aktif!

Dan ternyata benar. Semuanya berbeda denganku, sampai saat ini aku juga masih belum punya teman yang sepikiran. Jadi ingat kata kakak senior, "Presscomm itu tujuannya biar kalian tambah deket", tapi kenyataannya, kamu dan aku berteman itu hanya saat presscomm. Kemudian aku merasa beberapa teman SMA yang sejurusan mulai menjauh, entah kenapa, seakan-akan berkata bahwa 'kenapa kamu disini? tempatmu bukan disini.' (note: imajinasiku tinggi, perlu diingat bahwa persepsi tiap individu berbeda)

Ingatanku juga pendek, otakku cenderung hanya mengingat beberapa hal yang penting saja. Jadi maaf kalau aku masih belum bisa mengingat kalian. Ke-introvert-anku juga menjadi masalah saat mencari teman disini. Ada beberapa yang baik, cocok denganku mungkin? hanya saja aku masih kehilangan arah kalau tidak ada mereka.

Kemudian aku mulai menarik diri.

Aku merasa nyaman dalam kesendirian. Kuliah jadi kupu-kupu cantik. kuliah-pulang-kuliah-pulang tapi IP cantik (AMIN!). Saat kuliah selesai, aku berjalan ke perpustakaan pusat, menuju spot favorit untuk bercengkrama dengan laptop, numpang wifi, download anime, selesai, pulang, jalan ke stasiun, menunggu kereta sambil baca buku, pulang main game dulu, internetan, begadang, bangun pagi, masuk ke kelas pas masih sepi, internetan, kembali ke awal lagi. hingga mencapai titik kejenuhan. Keseharianku hanya itu. Hampa. Makanya aku sekarang masih berusaha untuk -setidaknya ngumpul depan kopma- mencoba untuk berbaur, hanya saja, yah aku masih invisible di mata mereka ._. Mungkin aku yang kurang senyum, aku juga diam aja sih, tapi apa ya, aku merasa ngga nyaman aja ngeluarin suara.

Aku ga mungkin mundur, buang-buang waktu, aku ga mau ngulang ospek lagi, trauma. Kalian tau dampak negatif dari ospek? Terutama kakak senior yang jadi tibum, kalian bakal ke-cap jahat, dan itu bikin beberapa orang trauma, kecuali kalau juniornya easy going. Nah, kalau semua orang kayak aku gimana?

Aku yakin aku ngga sendirian, masih banyak orang dengan kasus seperti ini. Introvert. Salah jurusan, tapi hebatnya bisa struggle disana.Ya, susah ya, kalian masih aman dalam pikiran sendiri, namun rapuh saat terjun ke dunia yang 'masih belum aman'. Parahnya lagi, hal ini normal. Aku yakin pasti semua dunia perkuliahan

Kembali ke tujuan awalku, belajar setinggi-tingginya dan ke Jepang
Semester pertama belum selesai, kita lihat saja nanti perkembangannya

*maaf bahasanya kebawa sama PPI

0 comment:

Posting Komentar